Tuesday, December 29, 2015

Sutiyoso: Masih Ada 3 Anggota Din Minimi Bersenpi di Hutan


LHOKSEUMAWE – Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso menyebutkan masih ada tiga anggota Nurdin Ismail alias Din Minimi di kawasan hutan Aceh Timur menggunakan senjata api laras panjang. Ketiga pria itu sudah sebulan yang lalu memisahkan diri dari kelompok Din Minimi, dan mereka tak mau menyerah.

Demikian antaralain disampaikan Sutiyoso dalam konferensi pers di Hotel Lido Graha Lhokseumawe Selasa (29/12/2015) siang.

Namun, ketika ditanyakan siapa inisial dari ketiga pria tersebut dan alasan mereka tak mau menyerahkan diri, Sutiyoso mengaku tidak ingat inisial mereka. Din Minimi bersama pengikutnya, kembali ke rumahnya pada Senin (28/12) sore.

“Masih ada tiga orang lagi yang sudah pisah dengan kelompok Din MInimi sekitar sebulan yang lalu. Din Minimi mengaku sudah putus kontak dengan tiga pria tersebut, sehingga tak bisa diajak bersama-sama untuk pulang, ketika pria itu juga memiliki senjata. Karena cukup banyak anggota mereka, jadi saya tak ingat inisialnya,” kata kepala BIN.(*)

Kepala BIN Gelar Konferensi Pers Soal Din Minimi Menyerah

Photo BIN Bersama Anggota Din Minimi

LHOKSEUMAWE - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso, Selasa (29/12/2015), siang menggelar konferensi pers terkait Nurdin Ismail alias Din Minimi menyerahkan diri bersama kelompoknya di Hotel Lido Graha Lhokseumawe.

Kelompok Din Minimi menyerahkan diri pada Senin (28/12), setelah dua bulan berkomunikasi dengan Sutiyoso.

"Saya sudah dua bulan komunikasi dengan Din Minimi, ketika saya masih di Jakarta, menanyakan tuntutan mereka. Setelah saya mendengar apa tuntutan kelompok tersebut kemudian saya datang langsung menemui kelompok tersebut," kata Sutiyoso saat konferensi pers.

Disebutkan, pada Senin (28/12/2015), kelompok tersebut dan saling menangis berpelukan setelah empat tahun di hutan. "Sebelum saya ke Aceh, saya sudah melapor ke Bapak Presiden, dan berkoordinasi dengan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia," kata Sutiyoso. (*)

Cara Mempromosikan Blog Agar Terkenal


INTERNET - Cara mempromosikan blog itu sebenarnya cukup mudah, kita hanya perlu meluangkan banyak waktu khusus untuk promosi. Promosi memang sangat penting buat blog,selain untuk meningkatkan pengunjung blog, promosi juga dapat membuat blog menjadi terkenal.

Tapi jangan langsung berharap pengunjung blog anda akan meningkat secara instan lewat promosi. Karena semuanya butuh proses dan waktu, jadi anda perlu bersabar menunggu hasil yang maksimal.

Di postingan kali ini saya akan membagikan cara mempromosikan blog ala panduan seo, jadi simak baik - baik ya :)....

Cara mempromosikan blog lewat sosial media
Sosial media seperti facebok , twitter, g+ memang sudah sangat terkenal dimana - mana. Banyak orang yang menggunakan akun - akun sosial media tersebut. Mulai dari anak-anak, remaja sampai orang tua sudah mempunyai akun sosial media.

Inilah yang dilihat para blogger sebagai potensi yang cukup besar untuk menjaring traffic. Bahkan tak sedikit blog yang mengandalkan sosial media sebagai sumber traffic mereka. Untuk itu tidak ada salahnya kita menggunakan cara ini untuk berpromosi.

Cara mempromosikan bloglewat Facebook
Facebook memang salah satu sosial media terbaik dan terbesar di dunia, sehingga banyak orang yang menggunakannya. Inilah potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai media mempromosikan blog anda.

Yang perlu anda lakukan:
Buatlah akun facebook, lalu carilah teman sebanyak - banyaknya. Dan carilah teman yang kira - kira ada kaitannya dengan tema blog anda. Misalnya: Blog anda membahas tentang bisnis atau usaha, maka carilah teman yang berprofesi sebagai pengusaha.
Share artikel anda ke facebook dengan judul yang menarik,sehingga berpotensi untuk diklik oleh teman anda.

Kelemahan metode ini:
Anda akan menghabiskan banyak waktu untuk mencari teman yang setema dengan blog anda
Kebanyakan orang tidak mengkonfirmasi permintaan pertemanan
Tidak mudah membuat artikel yang menarik teman untuk mengklik artikel yang kita buat

Cara mempromosikan Lewat Twitter
Hampir sama dengan facebook , twitter memang sudah membooming di mana - mana, sehingga dapat kita manfaatkan untuk media promosi.

Yang perlu anda lakukan:
Follow dan Follback banyak orang
Setelah mendapat banyak follower , mulailah berkicau dan sambil sesekali memposting artikel blg anda

Kelemahan metode ini:
Kita harus meluangkan banyak waktu untuk memfollow banyak orang
Kebanyakan orang yang kita follow tidak memfollowback kita, sehingga banyak waktu yang terbuang sia - sia.

Cara mempromosikan blog lewat Sosial bookmark
Sosial bookmark adalah media untuk mensumbit artikel, demi mendapat traffic tambahan. Selain itu sosial bookmark dapat memberikan backlink untuk blog anda. Sosial bookmark juga bisa di manfaatkan untuk promosikan blog anda.

Yang perlu anda lakukan:
Carilah daftar sosial bookmark dan usahakan yang dofollow dan ramai pengunjung
Buatlah akun di sosial bookmark tersebut
Sumbit artikel anda ke sosial bookmark tersebut dan lakukan ini setiap habis membuat artikel

Kelemahan Metode ini:
Kebanyakan sosial bookmark membatasi jumlah artikel yang akan kita sumbit
Kita akan cukup  kerepotan karena harus sumbit satu persatu artikel

Cara mempromosikan blog lewat Blogwalking
Sebenarnya tujuan utama blogwalking adalah mendapatkan backlink, tapi anda bisa memanfaatkannya untuk mempromosikan blog anda.

Yang perlu anda lakukan:
Berkomentarlah di blog - blog yang ramai pengunjung , sambil menaruh link menuju blog atau artikel anda. Atau lebih baik lagi mencari blog yang memeiliki chatbox yang ramai pengunjung. Dan berkomentarlah dengan menyisipkan link menuju blog anda.

Kelemahan Metode ini:
Jarang sekali blog yang memasang chatbox 
Jika pun ada , pengunjung blognya pun sepi
Dengan menerapkan cara mempromosikan blog diatas, maka anda perlu bersabar untuk mendapatkan hasil yang maksiamal. Karena semuanya perlu waktu dan proses tapi tidak ada salahnya mencoba cara ini.

Monday, December 28, 2015

AMIK Jabal Ghafur Diberi Teguran III

Photo Email Dhany Atjeh

SIGLI-Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (AMIK) Jabal Ghafur Sigli mendapat teguran tertulis untuk ketiga kalinya dari Kopertis Wilayah XIII Aceh terkait belum memiliki dosen tetap strata dua (S2).

Ada surat teguran ketiga bernomor 1113/K13.1.2/AK/2015 tertanggal 17 Desember 2015, diteken Koordinator Kopertis Wilayah XIII Aceh, Prof Dr Jamaluddin, MEd, dimana salah satu salinannya diterima Serambi, Jumat (25/12) via email.

Dalam surat teguran ketiga itu tersebut, Kopertis memberi peringatan terkait jumlah minimum dosen berstrata dua. Untuk itu pihak AMIK diharapkan dapat menindaklanjuti kondisi itu.

Sedangkan surat teguran pertama dan kedua isinya juga serupa, sudah dikirim pihak Kopertis satu bulan sebelumnya. Namun, hingga surat ketiga itu belum ada tanggapn dari AMIK untuk membalas surat teguran Kopertis tersebut.

Belum terima
Terkait hal ini, Direktur AMIK Jabal Ghafur Sigli Bukhari MP yang dihubungi Serambi via ponselnya Jumat kemarin, mengaku pihaknya belum pernah menerima surat teguran dari Kopertis dimaksud.

Sehingga dirinya belum tahu jika ada teguran pihak Kopertis terhadap perguruan yang dipimpinnya itu. “Saya belum tahu ada teguran. Saya pasti jawab kalau sudah terima suratnya,” kata Bukhari.

Ia menduga surat teguran itu kemungkinan dikirim ke email AMIK Jabal Ghafur. Sementara pihaknya sudah lima bulan tidak bisa mengakses web internet di kampus, karena belum membayar biaya modem speedy pada telkom.

Sehingga, email AMIK tidak ada yang buka selama ini, karena belum tersambung kembali jaringan internet. “Mungkin saja surat teguran itu ada di email kampus, makanya kami belum tahu,” ujarnya.

Dia mengaku, dosen tetap di AMIK Jabal Ghafur hanya empat masih S1. Sedangkan dua orang di antaranya sedang kuliah mengambil S2 di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

“Memang benar kami belum memiliki dosen tetap berstara dua (S2), seperti ditegur Kopertis. Sedang berupaya kuliahkan dua lagi dosen mengambil S2 jika yayasan setuju,” jelas Direktur AMIK ini.

Hingga kini, sebutnya, jumlah dosen semuanya 15 orang, empat di antaranya berstatus tetap. Aktivitas mahasiswa tetap ada, cuma mahasiswa mendaftar tahun ini hanya delapan orang.

“Untuk tahun 2015, total mahasiswa ada 16 orang, tapi yang aktif cuma tujuh orang. Akreditasi AMIK akan berakhir pada Desember 2016. Kami sedang mempersiapkan perpanjangan akreditasi,” demikian Direktur AMIK Jabal Ghafur, Bukhari MP.(aya)

Sunday, December 27, 2015

HMI Cabang Sigli Memperingati 11 Tahun Tsunami Aceh

Photo: Kader HMI Cabang Sigli - Atjeh Post

Pidie - Tsunami adalah hari yang sangat bersejarah bagi rakyat aceh yaitu terjadi bencana alam Gempa Bumi dan disusuli dengan gelombang Air Laut yang sangat dahsyat. Tanggal 26 Desember 2004 merupakan hari bersejarah yang membuat masyarakat aceh tak mampu melupakannya. Apalagi saat mengingat sodaranya yang hingga kini tidak tau dimana kubur nya.

Untuk mengulangi sejarah tersebut, Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sigli memperingati Tsunami Aceh dengan membagikan bunga² kepada warga yang bertempat di alun2 kota Sigli tanggal 26 Desember 2015, tepat 11 tahun usia bencana Tsunami.

Berdasarkan hasil liputan Atjeh Post pada koordinator Iskandar (25), bahwa acara tersebut dilakukan agar warga tidak melupakan akan sejarah yang menyedihkan, tetap bersabar dalam menghadapi cobaan dan bertambah taqwa kepada Allah SWT. Amiin.

Monday, December 21, 2015

40 Penumpang Kapal Marina Ditemukan, 3 Tewas

Kapten Kapal SAR Pacitan saat menjelaskan lokasi penyisiran pencarian korban kapal tenggelam.(foto: Jumardi Nurdin/Koran SINDO)

SENGKANG - Pencarian korban tenggelamnya Kapal Marina, rute Kolaka Sulawaesi Tenggara-Siwa Sulsel, membuahkan hasil.

Setidaknya 40 korban berhasil ditemukan, 37 di antaranya selamat sementara tiga dinyatakan tewas, Minggu (20/12/2105).

Informasi yang dihimpun jumlah penumpang yang ada didalam kapal tersebut 118 orang, 109 orang merupakan penumpang yang terdiri dari perempuan dan anak-anak, dan sembilan orang merupakan ABK. 

Smentara itu, tiga orang yang ditemukan meninggal, yakni, Mutmainnah (6 bulan), Firdaus (11) dan satu orang lagi tidak diketahui identitasnya.

Kepala Basarnas Sulsel Roki Asikin mengatakan, jumlah penumpang yang ada di dalam kapal sesuai mani vase sebanyak 118 orang, 109 orang merupakan penumpang yang terdiri dari perempuan dan anak-anak, dan sembilan orang merupakan ABK. 

Proses pencarian menerjunkan kekuatan dari TNI AU Fix wing, untuk mengadakan pencarian di Teluk Bone, satu unit dari perusahaan Marina, satu kapal Sar Kacamaran, KM Pacitan dan Basarnsas Dolpin. 

"Kita juga sudah mengevakuasi 40 korban . Empat orang evakuasi di Siwa langsung ke RSU Siwa, lainnya dievakuasi ke Kolaka. Tiga orang di antaranya ditemukan tewas, namun satu orang yang tewas ini belum diketahui identitasnya," katanya.

Meski sudah memastikan ada 40 korban yang ditemukan, namun Basarnas Sulsel masih enggan merilis semua nama-nama korba‎n. 

Hingga pencarian hari pertama dihentikan, pihaknya belum bisa menentukan posisi kapal tenggelam. Pihak sar fokus melakukan pencarian terhadap korban yang diduga tersebar karena dihantam ombak.

"Kapal sendiri belum diketahui poisisinya dimana, kedalaman teluk ini sekitar 222-600 meter. Kapal dipastikan tenggelam berdasarkan korban yang selamat empat orang dari RS Siwa," katanya.

Kapten Kapal KM SAR Pacitan Ruslan mengatakan, pencarian korban dihari pertama terpaksa dihentikan untuk sementara mengingat cuaca kembali mulai tidak bersahabat. Tinggi ombak sekitar 2  meter, dan sore harinya sekitar pukul 17.00 wita ketinggian ombak kembali mencapai 3 meter.

"Salah satu kendaala yang kami hadapi dalam pencaraian, dengan cuaca yang tidak bersahabat, ketinggain ombak bahkan mencapai 3 meter, angin juga mencapai kecepatan 50 knot," pungkasnya.

Ancam Serang Saudi, ISIS Sebut Koalisi Islam Bodoh

International - Militan ISIS meledek Koalisi Islam dan mengancam akan menyerang Saudi. | (Ynet)

RAQQA - Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengancam akan menyerang Arab Saudi setelah Saudi mengumumkan memimpin Koalisi Islam dari 34 negara. Tak hanya mengancam, ISIS juga meledek Saudi dan negara-negara yang tergabung dalam Koalisi Islam itu dengan menyebut mereka “bodoh”.

Saudi pada pekan lalu membuat kejutan pada dunia dengan mengumumkan pembentukan Koalisi Islam untuk memerangi teroris di sejumlah negara, termasuk kelompok ISIS. Namun, kelompok yang menguasai sebagian wilayah Irak dan Suriah itu tidak gentar dengan Koalisi Islam yang dipimpin Saudi.

Dalam sebuah publikasi mingguan dengan menampilkan kegiatan militernya, ISIS menyebut Saudi dan Koalisi Islam dari 34 negara itu sebagai “orang-orang bodoh”.

Menteri Pertahanan yang juga Deputi Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammed bin Salman, mengatakan Koalisi Islam bermarkas di Riyadh. Putra Raja Salman bin Abdulaziz itu menegaskan Koalisi Islam dibentuk untuk melawan teroris di Irak, Suriah, Libya, Mesir dan Afghanistan.


Ke-34 negara itu adalah Arab Saudi, Yordania, Uni Emirat Arab (UEA), Pakistan, Bahrain, Bangladesh, Benin, Turki, Chad, Togo, Tunisia, Djibouti, Senegal, Sudan, Sierra Leone, Somalia, Gabon, Guinea, Palestina, Republik Federal Islam Komoro, Qatar, Cote d'Ivoire, Kuwait, Libanon, Libya, Maladewa, Mali, Malaysia, Mesir, Maroko, Mauritania, Niger, Nigeria dan Yaman.

Malaysia telah membantah bergabung dalam Koalisi Islam. Sedangkan Pakistan yang awalnya menyangkal bergabung, pada akhirnya mengkonfirmasi setuju menjadi bagian dari Koalisi Islam.

Dalam sebuah pernyataan, ISIS meledek bahwa koalisi yang dipimpin Saudi itu akan runtuh.”Dengan izin dari Tuhan, koalisi ini akan runtuh, (koalisi) dari pemerintah tiran yang menindas di negeri Islam,” bunyi pernyataan kelompok itu yang dipublikasikan secara online, seperti dikutip Reuters, Minggu (20/12/2015).

”Koalisi Mohammed bin Salman akan terkejut,” lanjut pernyataan itu. Dalam pernyataan itu, ISIS juga meledek pertemuan kelompok pemberontak moderat Suriah yang berlangsung di Riyadh dengan menganggap semua pihak yang melakukan pertemuan itu sebagai “kafir”.

Friday, December 18, 2015

Ulama Kharismatik Aceh

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعاً يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِباَدِ، وَلَكِنْ بِقَبْضِ الْعُلَماَءِ. حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عاَلِماً اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْساً جُهَّالاً فَسُأِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ

Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda radhiallahu ‘anhu)"


Syaikh Abdurrauf As-singkily (Syiah Kuala)
Tgk Chik Di Tiro
Abuya Muda Wali Al-Khalidi
Syaikh Krueng Kale (Abu Hasan Krueng Kalee)
Abi Hanafiah Samalanga
Al-Waliyullah Abu Woyla
Abuya Muhibbudin Waly (Abuya Professor)
Abuya Djamaluddin Waly
Abuya Amran Waly
Abu Tumin Blang Blahdeh
Abu Lam Ateuk B.Aceh
Abon Aziz Samalanga
Abu Hanafiah Matangkuli
Abu Tanoh Mirah
Nek Abu Bakongan
Abu Karimuddin
Abu Usman Ali Kuta Krueng
Abu Hasanul Samalanga
Abu Ibrahim Lamno
Abu Daud Lhoknibong
Abu Hasballah Keutapang
Waled Tanoh Mirah
Abu Paloh Gadeng
Abu Panton Labu
Abu Paya Pasie
Abi Mahrizal Syamsuddin
Waled Nu Samalanga (Paling Kiri)

Setengah Bugil, Rizki dan Amel Terjaring Razia di Kamar Kos

Photo Ilustrasi Atjeh Post

JAKARTA - Sepasang remaja diduga tengah mesum, yakni Rizki (20) dan Amel (18) tertangkap saat sedang berduaan di kamar indekos di Menteng Wadas Timur, Setiabudi, Jakarta Selatan.

Kapolsek Setiabudi Kompol Yri Yulianti mengatakan, keduanya diamankan ketika petugas gabungan dari polsek dan kecamatan Setiabudi melakkan razia di empat lokasi.

"Kami kerahkan 30 poersonel gabung menyisiri kos-kosan yang ada di Menteng Wadas Timur," ujarnya pada wartawan, Kamis (17/12/2015).

Menurutnya, razia itu digelar untuk mengantisipasi maraknya peredaran narkoba, prostitusi, perjudian, miras, terorisme, dan tindak pidana lainnya. Hasilnya, petugas gabungan menemukan pasangan mesum yang sudah setengah bugil.

"Iyah kami amankan sepasang bukan pasutri, yani Rizki (20) dan Amel (18). Saat ini sedang kami periksa. Keduanya pun akan diberikan arah oleh pihak kecamatan Setiabudi," tutupnya.

Empat Kali Digagahi Ayah Tiri, Gadis 13 Tahun Hamil

 
SM (13), warga Desa Peusar, Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang menjadi korban dari bejatnya ayah tiri berinisial JA (31). (Photo Ilustrasi/Atjeh Post)

TANGERANG - SM (13), warga Desa Peusar, Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang menjadi korban dari bejatnya ayah tiri berinisial JA (31). Sebab, kini bocah bau kencur itu sudah hamil empat bulan akibat dipaksa melayani nafsu bejat JA.

Kasus ini terbongkar sejak Nenek korban yang mencurigai perubahan cucuknya. Hingga akhirnya SM dibawa ke bidan, alhasil dia positif hamil.

"Dia (SM) terus ditanya oleh keluarganya siapa yang melakukan awalnya tidak mau mengakui, dan akhirnya mengakui bahwa yang melakukan hal tersebut adalah ayah tirinya," kata SR, ibu kandung SM di Tangerang, Kamis (17/12/2015).

Megetahui hal itu, SR langsung melaporkan hal tersebut ke Polres Tangerang. Peristiwa tindak pidana membujuk anak melakukan persetubuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 Ayat (2) dan (3) Undang-undang RI No.35 Tahun 2014 Tentang perlindungan anak itu
dilaporkan pada dengan Nopol LP : 2249 / K / XII / 2015 / SekPng.

Menurut laporan ibu korban kepada Polresta Tangerang, peristiwa itu terjadi saat korban sedang menonton televisi di ruang tamu. Kemudian ayah tiri korban menghampiri korban dan memaksa korban untuk disetubuhi oleh ayah tirinya.

Karena keadaan rumah sepi dan korban takut, korban menuruti perlakuan ayah tirinya tanpa ada nya perlawanan dan hal tersebut sudah dilakukan ayah tiri korban sekira kurang lebih empat kali. "Semua (dilakukan) di rumah," ujar SR.

Adapun barang bukti yang disita dari korban adalah satu buah kaos , berwarna putih, satu buah celana pendek berwarna biru muda, dan satu buah celana dalam berwarna merah muda.

Mantan GAM Nagan Raya Ancam Angkat Senjata Lagi

Photo ilustrasi
NAGAN RAYA - Sejumlah mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Nagan Raya, ancam akan angkat senjata kembali jika butir-butir MoU tidak jelas dan kesejahteraannya terabaikan.

"Kami akan angkat senjata lagi atau bergabung dengan ISIS jika kami tidak diperhatikan dan perjanjian damai diingkari," kata Tgk Saiful Bahri, seorang mantan GAM bersama anggotanya kepada sejumlah wartawan, Rabu (16/12).

Menurut Tgk Saiful Bahri, ada sejumlah butir-butir MoU, perjanjian pemerintah Indonesia dan GAM yang dipermainkan, termasuk identitas Aceh seperti bendera, lambang Aceh dan pembagian hasil Aceh 70-30 dengan Pusat.

Selain itu kata Tgk Saiful Bahri, ribuan mantan pasukan GAM kini nasibnya masih terkatung-katung dan luput dari perhatian karena pemimpinnya hanya mementingkan kekayaan pribadi. Padahal banyak usulan bantuan atas nama mantan kombatan, tapi setelah direalisasi bantuan tersebut tak tersampaikan dan dimamfaatkan oknum eks GAM itu secara pribadi.

Tgk Saiful Bahri menuntut kesejahteraan anggotanya seperti perjanjian adanya dua hektar kebun sawit bagi mereka pejuang dan bantuan lainnya, sehingga anggotanya tercukupi kebutuhan hidup keluarganya.

Sumber: http://www.ajnn.net/

Thursday, December 17, 2015

Pasukan Filipina Bentrok dengan Militan Islam, 15 Tewas

International Post - Tentara Filipina terlibat bentrokan bersenjata dengan kelompok Abu Sayyaf di Pulau Balistan.

MANILA - Juru bicara militer Filipina mengatakan, pasukan Filipina terlibat bentrokan bersenjata dengan militan Islam, Abu Sayyaf. Bentrokan yang terjadi di sebuah pulau terpencil di sebelah selatan itu menyebabkan 15 orang tewas.

"Militer Filipina menewaskan 13 pemberontak dalam pertempuran bersenjata yang meletus di hutan dekat kota al Barka, Pulau Basilan," kata Filemon Tan sembari menambahkan 2 tentara tewas dan 10 orang luka-luka dikutip dari Reuters, Kamis (17/12/2015).

Tan mengatakan, militer Filipina telah melakukan operasi militer untuk memerangi kelompok Abu Sayyaf sejak 18 November lalu pasca pemenggalan terhadap seorang pengusaha asal Malaysia. Dalam perjalanannya, mereka berhasil menemukan basis utama kelompok pemberontak di pulau itu.

"Meskipun tentara kami telah berada di daerah itu sejak Minggu, namun baru hari ini terjadi pertempuran besar," ungkap Tan.

Sementara itu komandan satuan tugas militer Filipina, Brigadir Jenderal Alan Arrojado mengatakan, tentara Filipina menemukan tubuh yang diyakini adalah tubuh pengusaha Malaysia yang dipenggal oleh kelompok Abu Sayyaf di sebuah kuburan.

"Potongan tubuh itu telah dibawa ke laboratorium untuk menjalani tes DNA," kata Arrojado.

Wednesday, December 16, 2015

PROFIL LENGKAP HASAN TIRO DAN SEJARAH SINGKAT LAHIRNYA GAM

SABTU, 30 Oktober 1976, sekitar pukul 8.30 pagi. Perahu yang ditumpangi Hasan Tiro dari Malaysia merapat di Pasi Lhok, sebuah desa nelayan di pantai utara Aceh. Dari tempat itu dia melanjutkan perjalanan ke arah timur.


 


Foto diambil The Price of Freedom: The Unfinished Diary of Tengku Hasan Di Tiro.

Sekitar pukul 6.00 sore Hasan Tiro tiba di Kuala Tari. Sekelompok laki-laki yang dipimpin M. Daud Husin telah menunggu kehadirannya. Malam itu juga mereka berangkat menuju Gunung Seulimeun.
“Itu adalah malam pertama di tanahairku setelah selama 25 tahun aku tinggal di pengasingan di Amerika Serikat,” tulis Hasan Tiro dalam bukunya The Price of Freedom: The Unfinished Diary of Tengku Hasan Di Tiro yang diterbitkan tahun 1984. Itu adalah kunjungan rahasia dengan misi tunggal memerdekakan Aceh.

“Tak ada seorang pun di negeri ini yang mengetahui kedatanganku,” tulis Hasan Tiro.
“Aku sudah lama memutuskan bahwa Deklarasi Kemerdekaan Aceh Sumatera harus dilakukan pada tanggal 4 Desember dengan alasan simbolis dan historis. Itu adalah hari dimana Belanda menembak dan membunuh Kepala Negara Aceh Sumatera, Tengku Cik Mat di Tiro dalam pertempuran di Alue Bhot, tanggal 3 Desember 1911. Belanda karenanya mencatat bahwa 4 Desember 1911 adalah hari akhir Aceh sebagai entitas yang berdaulat, dan hari kemenangan Belanda atas Kerajaan Aceh Sumatera.”

Maka begitulah, di Bukit Cokan dia menuliskan Deklarasi Kemerdekaan Aceh, melanjutkan perjuangan Tengku Cik di Tiro dan para leluhurnya. Dan tanggal 4 Desember 1976 deklarasi kemerdekaan itu pun dibacakan.
“Kami, rakyat Aceh, Sumatera, menggunakan hak kami untuk menentukan nasib sendiri dan melindungi hak sejarah kami akan tanahair kami, dengan ini menyatakan bahwa kami merdeka dan independen dari kontrol politik rejim asing Jakarta dan orang asing dari Pulau Jawa. Tanah Air kami, Aceh, Sumatra, selalu merdeka dan independen sebagai Negara yang Berdaulat sejak dunia diciptakan…”

Deklarasi Kemerdekaan Aceh
Catatan: Teks di atas merupakan paragraph pertama dari Deklarasi Kemerdekaan Aceh yang saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari buku The Price of Freedom: The Unfinished Diary of Tengku Hasan Di Tiro. Teks asli adalah sebagai berikut: “We, the people of Acheh, Sumatra, exercising our right of 
self-determination, and protecting our historic right of eminent 
domain to our fatherland, do hereby declare ourselves free and 
independent from all political control of the foreign regime of 
Jakarta and the alien people of the island of Java. Our 
fatherland, Acheh, Sumatra, had always been a free and independent 
Sovereign State since the world begun…”

Anak kedua pasangan Tengku Muhammad Hasan dan Pocut Fatimah ini lahir di Tiro 25 September 1925. Dia memperoleh gelar doktor di bidang hukum internasional dari Colombia University. Di negeri itu ia menikah dengan Dora seorang wanita Amerika Serikat keturunan Yahudi. Di masa-masa itu pula Hasan Tiro pernah bekerja di KBRI dan membangun jaringan bisnis di bidang petrokimia, pengapalan, penerbangan, dan manufaktur hingga ke Eropa dan Afrika. Hasan Tiro juga menjelaskan hal ini dalam bukunya The Price of Freedom.

Pandangan politiknya mulai berbalik 180 derajat ketika pemerintah Indonesia di masa Perdana Menteri Ali Sastroamidjo (1953-1955) mengejar pasukan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) hingga ke pedalaman Aceh. Hasan Tiro memprotes tindakan itu. Bulan September 1954 dia mengirimkan sepucuk surat kepada sang perdana menteri

Kecewa dengan sikap pemerintah Indonesia, Hasan Tiro kemudian meninggalkan KBRI. Dia bergabung dengan DI/TII Aceh yang dideklarasikan mantan Gubernur Militer Aceh (1948-1951) Daud Beureuh tanggal 20 September 1953 sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia (NII) yang dideklrasikan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa Cisampah, Tasikmalaya, 7 Agustus 1949. Di DI/TII Aceh Hasan Tiro menjabat sebagai menteri luar negeri, dan karena jaringannya yang dianggap luas di Amerika Serikat dia pun mendapat tugas tambahan sebagai “dutabesar” di PBB.

Setidaknya ada beberapa sebab praktis yang ikut mendorong pemberontakan DI/TII yang secara bersamaan terjadi di tiga propinsi, Aceh, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Pertama berkaitan dengan rasionalisasi tentara. Banyak tentara dan laskar rakyat yang ikut berjuang dalam perang revolusi tidak dapat diakomodasi sebagai tentara reguler. Kedua, pemberontakan ini juga merupakan ekspresi kekecewaan terhadap hubungan pemerintahan Sukarno yang ketika itu semakin dekat dengan kubu komunis.

Di tahun 1961 Daud Beureuh mengubah Aceh menjadi Republik Islam Aceh (RIA). Tetapi di saat bersamaan, gerakannya mulai melemah setelah SM Kartosoewirjo dilumpuhkah. Adapun Kahar Muzakar dinyatakan tewas dalam sebuah pertempuran di belantara Sulawesi tahun 1965.

Adalah Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kolonel M. Jassin, yang berhasil meyakinkan Daud Beureuh untuk kembali bergabung dengan Republik Indonesia. Tanggal 9 Mei 1962 Daud Beureuh ditemani antara lain komandan pasukannya yang setia, Tengku Ilyas Leube, pun turun gunung. Bulan Desember perdamaian dirumuskan dalam Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh.
setelah pemberontakan DI/TII melemah, Hasan Tiro ikut melunak. Pertengahan 1974 dia kembali ke Aceh. Dalam pertemuan dengan gubernur Aceh saat itu, Muzakir Walad, Hasan Tiro meminta agar perusahaannya bisa menjadi kontraktor pembangunan tambang gas di Arun.
Tapi Muzakkir Walad tak dapat memenuhi permintaan ini. Bechtel Inc., sebuah perusahaan dari California, Amerika Serikat, telah ditunjuk pemerintahan Orde Baru Soeharto sebagai kontraktor pembangunan pabrik gas Arun.


Foto The Unfinished Diary of Tengku Hasan Di Tiro
Foto diambil dari The Unfinished Diary of Tengku Hasan Di Tiro. Beberapa saat sebelum Hasan Tiro kembali ke Aceh bulan Oktober 1976. Caption foto tertulis sebagai berikut: From right: Secretary General of the United Nations, Dr. Kurt Waldheim; Ambassador of France; H. H. Tengku Hasan di Tiro, President of Doral International Ltd. and Chairman of Atjeh Institute in America; Philippine Ambassador for the U.N. On the occasion of the signing of International Tin Agreement, 1976, at the United Nations Headquarters in New York. Photo by Gamma Diffusion, Paris.
Hasan Tiro kembali kecewa. Baginya, ini adalah bukti bahwa janji otonomi daerah dan hak daerah mengelola sumber alam hanya bohong belaka.

Kekecewaannya pun semakin bertambah setelah syariat Islam yang dibicarakan dalam konsep “Prinsipil Bijaksana” antara Daud Beureuh dan pemerintah pusat tak kunjung dilaksanakan.
Hasan Tiro kembali menggalang kekuatan, mengambil alih posisi puncak dari tangan Daud Beureuh yang saat itu sudah turun dari panggung politik Aceh. Dia menghubungi tokoh penting mantan anggota DI/TII seperti Teungku Ilyas Leube, yang dikenal sebagai salah satu pengikut setia Daud Beureueh. Juga Daud Paneuk. Tak lama manuver Hasan Tiro tercium oleh tentara. Operasi militer disiapkan untuk menangkapnya. Tetapi Tiro berhasil melarikan diri, pulang ke Amerika Serikat.

Sebelum meninggalkan Aceh dia berjanji akan kembali datang untuk menyusun kekuatan yang jauh lebih besar. Dan begitulah, akhirnya kaki Hasan Tiro kembali menginjak Aceh di pagi hari, 30 Oktober 1976


Perjalanan Hidup
Hasan Tiro adalah Anak kedua pasangan Tengku Muhammad Hasan dan Pocut Fatimah ini lahir di Tiro 25 September 1925.
Hasan Tiro awalnya adalah seorang yang sangat nasionalis. Jauh sebelum mengobarkan perang total dengan Indonesia. Karena jenius, Hasan Tiro direkomendasikan Teungku Daud Beureueh kepada Perdana Menteri Indonesia waktu itu, Syafruddin Prawiranegara, untuk kuliah di UII. Hasan Tiro diterima di Fakultas Hukum dan tamat tahun 1949
.
Di universitas ini namanya tercatat sebagai pendiri Pustaka UII bersama Kahar Muzakkar, tokoh Sulawesi Selatan yang kelak menggerakkan pemberontakan DI/TII bersama Daud Beureueh dan Imam Kartosuwiryo (1953-1962)
.
Lulus dari UII, ia kemudian mendapat beasiswa dari pemerintah Indoensia untuk melanjutkan pendidikanya ke Amerika Serikat. Ia mengambil jurusan Ilmu Hukum International di Universitas Columbia. Setelah menyelesaikan program doktor ia masih sempat bekerja di KBRI di Amerika.
Pada tahun 1953, Aceh diguncang pemberontakan Darul Islam, yang dipimpin langsung oleh Teungku Daud Beureueh, Aceh melawan Jakarta, karena Soekarno dianggap ingkar janji
.
Dan Pandangan politiknya mulai berbalik 180 derajat ketika pemerintah Indonesia di masa Perdana Menteri Ali Sastroamidjo (1953-1955) mengejar pasukan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) hingga ke pedalaman Aceh. Menurut salah satu surat kabar di New York bahwa sekitar 92 warga sipil di Pulot, Cot Jeumpa Leupung, Aceh Besar, dibantai serdadu republik pada 26 Februari 1954. Ini ekses akibat ditembaknya belasan prajurit Indonesia oleh mujahidin DI/TII Aceh dua pekan sebelumnya. Karena para mujahid sudah menghilang dari kawasan itu, maka warga sipillah yang dijejerkan di pinggir laut, lalu ditembak mati. Hanya satu yang tersisa hidup. Ia pula yang membeberkan pembantaian sadis itu kepada Acha, wartawan Harian Peristiwa. Asahi Simbun, Washington Post, dan New York Times ikut melansir berita tersebut
.
Dari kota “melting pot” New York, spontan ia layangkan surat pada 1 September 1954 kepada Perdana Menteri Indonesia Ali Sastroamidjojo. Ia desak Indonesia untuk segera minta maaf dan mengakui bahwa pembantaian warga sipil tersebut merupakan genosida (pembantaian etnis Aceh). Para pelaku dimintanya agar dihukum berat
.
Menurut Hasan Tiro persoalan yang dihadapi Indonesia sesungguhnya bukan tidak bisa dipecahkan, tetapi Ali Sastroamidjojolah yang mencoba membuatnya menjadi sukar. Menurutnya jika Ali Sastroamidjojo mengambil keputusan untuk menyelesaikan pertikaian politik tersebut dengan jalan semestinya, yakni perundingan, maka keamanan dan ketentraman akan meliputi seluruh tanah air Indonesia pada saat itu
.
Lihat Vidio Pidato Tgk. Hasan Tiro
Oleh karena itu, demi kepentingan rakyat Indonesia Hasan Tiro menganjurkan Ali Sastroamidjojo mengambil tindakan: Pertama, Hentikan agresi terhadap rakyat Aceh, rakyat Jawa Barat, Jawa Tengah, rakyat Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan rakyat Kalimantan. Kedua, Lepaskan semua tawanan-tawanan politik dari Aceh, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan rakyat Kalimantan. Ketiga, Berunding dengan Teungku Muhammad Daud Beureuh, S.M. Kartosuwirjo, Abdul Kahar Muzakar, dan Ibnu Hajar. Jika sampai pada tanggal 20 September 1954, anjuran-anjuran ke arah penghentian pertumpahan darah ini tidak mendapat perhatian Ali Sastroamidjojo, maka untuk menolong miliunan jiwa rakyat yang tidak berdosa yang akan menjadi korban keganasan agresi yang Ali Sastroamidjojo kobarkan, Maka Hasan Tiro dan putera-puteri Indonesia yang setia, akan mengambil tindakan-tindakan berikut:

Pertama, Kami akan membuka dengan resmi perwakilan diplomatik bagi Republik Islam Indonesia di seluruh dunia, termasuk di PBB, benua Amerika, Asia dan seluruh negara-negara Islam.

Kedua, Kami akan memajukan kepada General Assembly PBB yang akan datang segala atas kekejaman, pembunuhan, penganiayaan, dan lain-lain pelanggaran terhadap Human Right yang telah dilakukan oleh regime Komunis–Fasis Ali Sastroamidjojo terhadap rakyat Aceh. Biarlah forum Internasional mendengarkan perbuatan-perbuatan maha kejam yang pernah dilakukan di dunia sejak zamannya Hulagu dan Jenghis Khan. Kami akan meminta PBB mengirimkan komite ke Aceh. Biar rakyat Aceh menjadi saksi.

Ketiga, Kami akan menuntut regime Ali Sastroamidjojo di muka PBB atas kejahatan genoside yang sedang Ali Sastroamidjojo lakukan terhadap suku bangsa Aceh.

Keempat, Kami akan membawa ke hadapan mata seluruh dunia Islam, kekejaman-kekejaman yang telah dilakukan regime Ali Sastroamidjojo terhadap para alim ulama di Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Tengah dan sebagian Kalimantan.

Kelima, Kami akan mengusahakan pengakuan dunia Internasional terhadap Republik Islam Indonesia, yang sekarang de facto menguasai Aceh sebagian Jawa Barat dan Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Tengah dan sebagian Kalimantan.

Keenam, Kami akan mengusahakan pembaikotan diplomasi dan ekonomi internasional terhadap regime Ali Sastroamidjojo dan penghentian bantuan teknik dan ekonomi PBB, Amerika Serikat dan “Colombo Plan”.

Ketujuh, Kami akan mengusahakan bantuan moral dan materi buat Republik Islam Indonesia dalam perjuangannya menghapus regime teroris Ali Sastroamidjojo dari Indonesia.

Setelah lewat 20 September 1954 anjuran-anjuran Hasan Tiro tidak diindahkan. Ali Sastroamidjojo kemudian mengirimkan delegasinya ke PBB untuk membuat serangkaian fitnah-fitnah keji kepada Hasan Tiro, diantaranya menyatakan bahwa Hasan Tiro mendapat sokongan dari golongan bukan Indonesia dan ancaman bahwa setiap campur tangan untuk membantu gerombolan Darul Islam akan ditolak dan pada hakekatnya merupakan perbuatan yang tidak bersahabat terhadap Republik Indonesia. Hasan Tiro berjuang keras di New York untuk memasukkan persoalan DI/TII ke dalam forum PBB dengan tujuan supaya kepada rakyat Aceh terutama diberi hak menentukan nasib sendiri (self determination). Akan tetapi usaha mulianya ini menemukan kegagalan
.
Selain itu Pemerintah mencabut Paspor diplomatik Hasan Tiro supaya Hasan Tiro diusir dari Amerika akibatnya 27 September 1954 Hasan Tiro ditahan oleh Jawatan Imigrasi New York. Tetapi karena bantuan beberapa orang senator, Hasan Tiro diterima sebagai penduduk tetap di Amerika Serikat. Sejak itu kita tahu dia menjadi pengkritik keras Soekarno
.
Pada 1958, Hasan menulis buku penting di New York berjudul Demokrasi untuk Indonesia. Dia mengusulkan negara federal untuk Indonesia, melawan konsep negara persatuan versi Soekarno. Dia mengkritik pedas sistem negara kesatuan, yang menguntungkan etnis besar Jawa, dan cuma mendukung apa yang disebutnya“demokrasi primitive”. Baginya, Indonesia terlalu luas untuk diatur secara sentralistik dari Jakarta. Pada tahun 1958, Hasan Tiro menuangkan pemikiran dalam buku berjudul “Demokrasi untuk Indonesia”. Di situ ia tawarkan federasi sebagai bentuk Pemerintah Indonesia, tujuannya agar hubungan daerah dan pusat tidak timpang
.
Hasan lalu melompat ke ide yang lebih radikal, dia menggeser pemikirannya ke nasionalisme Aceh. Pada 1965, pamfletnya “Masa Depan Politik Dunia Melayu” menolak ide Republik Indonesia.  Kata Hasan, Indonesia tak lain dari proyek “kolonialisme Jawa”, dan warisan tak sah perang kolonial Belanda. Dengan kata lain, dia menyangkal penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada Indonesia pada 1949. Baginya, hak merdeka harus dikembalikan kepada bangsa-bangsa seperti Aceh atau Sunda, yang sudah berdaulat sebelum Indonesia lahir
.
Sejak itu dia menjelajahi sejarah, menulis sekian pamflet tentang nasionalisme Aceh. Pada karyanya yang lain,  “Atjeh Bak Mata Donja” (Aceh di Mata Dunia) ditulis dalam bahasa Aceh pada 1968, dia menguraikan problem absennya kesadaran historis dan politis rakyat Aceh setelah Perang Belanda. Dia mulai merekonstruksi sejarah Aceh, dan menegasi segala upaya integrasi dengan republik
Lihat Vidio Pidato Tgk. Hasan Tiro Deklarasi Aceh Merdeka
.
Hasan mengkaji lima editorial The New York Times sepanjang April–Juli 1873, fase pertama Perang Aceh melawan Belanda.  Dia menggali kembali patriotisme Aceh. Harian kondang itu mengakui kapasitas kesultanan Aceh saat berperang melawan Belanda. Perang menentukan ini, kata Hasan, hanya mungkin dikobarkan karena semua pahlawan Aceh tahu “bagaimana mati” sebagai manusia terhormat
.
Ada dua dokumen penting yang dia dapat di Markas PBB yang membulatkan tekadnya untuk memisahkan Aceh dari Indonesia. Dokumen itu berupa Resolusi PBB tentang Hak untuk Menentukan Nasib Sendiri (Right to Self Determination). Dokumen lainnya, berupa resolusi bahwa negara kolonial tidak boleh menyerahkan anak jajahannya kepada negara lain
.
Ia menilai, Perang Belanda terhadap Aceh tidak menyebabkan Aceh takluk dan dikuasai sepenuhnya oleh Belanda. Selain itu, Belanda tak berdasar menyerahkan Aceh–melalui Konferensi Meja Bundar 1949–kepada Indonesia (Jawa), mengingat Belanda tak berkuasa penuh atas Aceh, malah lari meninggalkan Aceh, setelah tentara Jepang diundang ulama masuk Aceh
.
Ditambah alasan-alasan sejarah, etnosentris, dan penguasaan ekonomi oleh Jakarta atas Aceh, membuat Hasan Tiro punya banyak alasan menyambung perjuangan kakek buyutnya, Tgk Chik Di Tiro, untuk mempertahankan kedaulatan Aceh. Ia mengimajinasikan sebuah negara/kerajaan sambungan (succesor state). Untuk itu, Aceh harus mandiri dari Indonesia.
.
Kamp militer di Libya
Hasan paham, Aceh tak mudah diarak ke jalan merdeka. Satu-satunya cara adalah mencari pengakuan internasional, dan berjuang dengan tema hak menentukan nasib sendiri. Hasan melakukan lobi internasional, dan terus berkampanye tentang “dekolonisasi” Indonesia. Pada masa 1980-1990an, dia bergandengan dengan gerakan separatis lain, seperti Timor Timur (Fretilin) dan Republik Maluku Selatan (RMS).
Pada 1980an, ketika gerakannya dipukul secara militer, Hasan membangun kembali gerakan bersenjatanya di luar Aceh. Pada 1986, dia memilih Libya sebagai kamp pelatihan militer. Selama empat tahun kemudian, dia melatih hampir 800 pemuda Aceh. Tak hanya ketrampilan militer, tapi juga dan ideologi keAcehan.  Selama di Libya, Hasan terlibat intensif dalam gerakan anti-imperialisme. Selama tahun-tahun itu dia ditunjuk selaku Ketua Komite Politik World Mathabah, satu organisasi revolusioner berbasis di Tripoli. Wadah itu didirikan pemimpin Libya Muamar Khadafi,  untuk suatu proyek melawan hegemoni Amerika. Dalam bahasa politik, inilah front menentang imperialisme, rasisme, zionisme dan fasisme.
 .
DOM (Daerah Operasi Militer)
Pemerintahan Fasis Orde Baru segera mengantisipasi gerakan ini. Berbagai aksi militer dilancarkan. Aceh kemudian di jadikan ladang Daerah Operasi Militer (DOM). Akibatnya tindak kekerasan/penyiksaan, penangkapan tanpa prosedur, penculikan, pelecehan seksual dan pemerkosaan, penghilangan nyawa manusia dan praktek-praktek pelanggaran hukum dan HAM lainnya berlangsung hampir setiap saat
.
Pembantaian rakyat Aceh selama berlangsungnya Operasi Militer sejak 1989 hingga 1998 mencapai 30.000 nyawa. Sungguh malapetaka peradaban yang hanya bisa terjadi dalam masyarakat primitif. Maka orang yang wajib bertanggungjawab atas pembantaian-pembantaian tersebut dan segera disidangkan ke masjlis Umum PBB atas nama penjahat perang adalah Jenderal Soeharto, Jenderal (Purn) L. B. Moerdani, Jenderal (Purn) Try Sutrisno, Letjen (Purn) Syarwal Hamid, Jenderal (Purn) Feisal Tanjung, Mayjen (Purn) H. R. Pramono, Letjen Prabowo Subianto, Ibrahim Hasan (Gubernur Aceh periode 1986-1993)
.
Pasca jatuhnya pemerintahan Pembantai Rakyat Soeharto, isu “Aceh merdeka” kembali menjadi sorotan dunia. pada 25 Januari 1999 Hasan Tiro menandatangani surat perihal GAM yang dikirim kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Akhir tahun 2002, Hasan Tiro menandatangani deklarasi berdirinya Negara Aceh Sumatra
.
Perdamaian
Pada tahun 2000 status darurat militer akhirnya diturunkan menjadi darurat sipil. Dan akhirnya Allah menggenapkan darurat Aceh dengan darurat Tsunami, tepatnya pada tanggal 26 Desember 2004 tsunami telah meluluh lantakkan bumi Serambi Mekkah tersebut. Sekitar 200.000 warga Aceh meninggal dan hilang. Hasan Tiro yang saat itu menonton tayangan televisi di Norsborg, Swedia, menitikkan air mata. Aceh yang ingin dia rebut sedang luluh lantak. Terjerembab ke titik nadir peradaban. Perlu kondisi damai untuk membangun kembali Aceh dari keterpurukan
.
Lalu, Zaini Abdullah dan Malik Mahmud menyahuti tawaran RI untuk berdamai. Kita melihat bagaimana episode pergolakan ini selesai di meja perundingan di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005. Perdamaian ini pula yang memungkinan Zaini Abdullah dan Malik Mahmud yang awalnya paling dicari aparat keamanan Indonesia, bisa leluasa pulang ke Aceh.
.

Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang dideklarasikan Teungku Hasan Tiro pada 4 Desember 1976 adalah gagasannya sejak Januari 1965 untuk membentuk Negara Aceh. Baginya, nilai adat Aceh telah dicampakan oleh kemajuan industri pada masa Soeharto.
Hasan Tiro bersama para ulama Aceh menilai kekayaan alam Aceh dikuras melalui pembangunan industri yang dikuasai orang asing melalui restu pemerintah pusat. Tetapi rakyat Aceh tetap miskin, pendidikan rendah dan kondisi ekonomi sangat memprihatinkan.
Bersama para tokoh eks DI/TII dan tokoh muda Aceh pada waktu itu mengadakan rapat mendirikan GAM kaki Gunung Halimun, Pidie. Walaupun Hasan Tiro yang tak hadir dalam pendirian GAM yang ditunjuk sebagai wali negara. GAM terdiri atas 15 menteri, empat pejabat setingkat menteri dan enam gubernur.
Sebenarnya sejak 1970-an Hasan Tiro sudah sepakat dengan Daud Beureueh untuk mendirikan Republik Islam Aceh. Hasan Tiro sendiri sudah hampir mengirimkan senjata dari AS saat dia masih belajar di sana.

Kontroversi ini sebenarnya masih mengalir sampai sekarang. Ada yang menganggap, setelah Daud Beureueh turun gunung, ia tidak pernah lagi terlibat dalam gerakan politik. Perlawanan yang diusung GAM, sama sekali tidak terkait dengan DI/TII.
“Kalau Hasan Tiro kan menuntut kemerdekaan, sedangkan DI/TII melawan karena kecewa,” kata M Jasin, mantan Pangdam Iskandar Muda yang dianggap berhasil mengajak Daud Beureueh turun gunung.

Tak hanya Jasin, tokoh-tokoh senior di Aceh juga banyak yang mendukung argumen itu. Dalam sebuah tulisannya di Republika, almarhum Ali Hasjmy, mantan Gubernur Aceh, memutus kaitan GAM dan Abu Beureueh. Menurutnya, GAM dan Hasan Tiro adalah gerakan kriminal, sedangkan DI/TII adalah gerakan politik murni.
Tak heran jika awal-awal perlawanan GAM, Pemerintah Indonesia menuding mereka sebagai gerombolan pengacau keamanan (GPK). Stigma kriminal dimunculkan untuk memutus dukungan pengikut Daud Beureueh yang dikenal sebagai legenda bagi warga Aceh.

Nyatanya, upaya membumikan GAM sebagai kelompok kriminal tetap gagal. Hasan Tiro kadung jadi ikon perlawanan rakyat yang baru, terutama di masa Orde Baru. Lihat saja daftar tokoh pertama yang bergabung dalam GAM. Banyak di antara mereka adalah bekas pendukung DI/TII. Sebut saja Teungku Ilyas Leube dan Daud Husin alias Daud Paneuek (paneuek artinya pendek). Ilyas adalah ulama yang disegani di Aceh Tengah dan merupakan pendukung setia Daud Beureueh. Dalam susunan kabinet GAM pertama, Ilyas duduk sebagai Menteri Kehakiman, sedangkan Daud Paneuek sebagai Panglima Angkatan Bersenjata.

Menurut Baihaqi, mantan pasukan DI/TII, keputusan Ilyas mendukung GAM semata-amata karena kecewa dengan sikap pemerintah yang ternyata hanya memberi janji omong kosong kepada Aceh. “Ilyas orangnya sangat peka terhadap agama. Ketika Syariat Islam tidak berjalan di Aceh, ia orang yang paling marah” kata Baihaqi yang juga sepupu Ilyas.

Padahal, saat Daud Beureueh turun gunung, pemerintah berjanji memberikan tiga keistimewaan untuk Aceh: syariat Islam, pendidikan, dan budaya. Nyatanya, semua janji itu tak dipenuhi. Tak heran, begitu Hasan Tiro mengumandangkan perlawanan di paruh akhir tahun 1970-an, Ilyas pun menjadi orang pertama yang mendukung.

Ketika GAM masih dalam bentuk rancangan, menurut Baihaqi, sebenarnya Daud Beureueh sudah diberi tahu masalah itu. Hanya saja, Beureueh tak mungkin lagi angkat senjata karena di tahun 1976, saat Hasan Tiro datang ke Aceh untuk kedua kalinya, Abu Beureueh sudah berusia 77 tahun.
“Ayahanda tidak perlu berperang. Biar kami saja yang melakukan perlawanan. Kami hanya perlu dukungan dari Ayahanda,” demikian bujuk Hasan Tiro kepada Daud Beureueh seperti ditirukan Baihaqi kepada acehkita.

Sebagai asisten pribadi Abu Beureueh, Baihaqi tahu persis dialog itu. Apalagi, ia masih memiliki hubungan darah dengan Ilyas Leube. “Jadi kalau dikatakan Daud Beureueh mendukung Hasan Tiro, itu bisa jadi benar,” katanya. Bedanya, di masa DI/TII, Daud Beurueh mengumumkan perlawanan secara resmi dan terbuka kepada seluruh masyarakat Aceh, tetapi di masa GAM, ia lebih banyak diam.

Hubungan Daud Beureueh dan Hasan Tiro sebenarnya pernah memburuk. Dalam bukunya, Sejarah dan Kekuatan Gerakan Aceh Merdeka, wartawan Neta S Pane menulis, saat pulang ke Aceh pada 1975, Daud Beureueh pernah memberikan uang sebesar Rp 12,5 juta kepada Tiro untuk membeli senjata. Singkat cerita, saat muncul lagi pada 1977, alangkah terkejutnya tokoh-tokoh GAM karena tak mendapatkan apa yang diharap. “Hasan Tiro hanya membawa tiga pucuk pistol jenis colt dan dua pucuk senjata double loop. Beberapa tokoh GAM mengejeknya bahwa senjata itu hanya cukup untuk membunuh babi hutan,” tulis Neta yang kini mengelola Lembaga Pengamat Polri (Gamatpol).

Meski demikian, Daud Beureueh tak pernah marah kepada Hasan Tiro. Dukungan Daud Beureueh kepada GAM juga dibenarkan Zakaria, seorang tokoh GAM yang tinggal di Thailand. Menurutnya, saat Hasan Tiro melakukan pendidikan politik di hutan, beberapa kali Daud Beuerueh mengirimkan bantuan kepada mereka. “Saya sering sekali disuruh Daud Beureueh menyampaikan bantuan itu,” akunya.

Bantuan tak hanya berupa uang, tapi juga bahan makanan untuk Hasan Tiro dan pendukungnya. Dukungan Daud Beureueh kepada GAM pada masa itu diberikan karena Hasan Tiro bertekad mendirikan negara Islam di Aceh. Zakaria sendiri termasuk pendukung Hasan Tiro paling setia. Ketika operasi militer berlangsung pada 1983, ia berhasil melarikan diri ke Malaysia. Pertemuan terakhir acehkita dengan Zakaria berlangsung di Thailand, dua tahun lalu.

Dalam barisan GAM, Zakaria yang saat ini berusia sekitar 69 tahun, menjabat sebagai Menteri Pertahanan yang ditempatkan di Thailand. Dia orang penting yang berperan sebagai penyedia senjata untuk GAM. Senjata itu dibeli dari perbatasan Kamboja dan Vietnam, selanjutnya dikirim melalui pesisir pantai Malaysia menuju pantai Aceh Timur.

Zakaria mengisahkan, untuk menyampaikan bantuan dari Daud Beureueh kepada Hasan Tiro, ia harus berhati-hati. Soalnya, sejak 1977, setahun setelah kemerdekaan GAM diproklamasikan, pemerintah mulai mendatangkan pasukan ke Aceh.

Setelah Hasan Tiro kembali ke Amerika pada 1979, kekuatan GAM tak luntur. Semakin lama, pengikutnya kian banyak. Intelijen TNI sendiri disebut-sebut mengetahui kalau Daud Beureueh memberi dukungan moral kepada GAM. Untuk mencegah meluasnya pengaruh ulama itu, dalam sebuah operasi intelijen yang dipimpin Lettu Sjafrie Sjamsoeddin (sekarang Sekjen Departemen Pertahanan berpangkat Mayjen), pada 1 Mei 1978, Daud Beureueh dibawa secara paksa. Ia tak kuasa melawan karena sudah dibius. Daud Beuereueh dibawa ke Medan selanjutnya diterbangkan ke Jakarta untuk selanjutnya ditempatkan di sebuah rumah mewah di bilangan Tomang, Jakarta Barat, sebagai tahanan di sangkar emas.

Ini upaya mengungsikan Daud Beureueh kedua kalinya setelah pada 1971 ia ‘dipaksa’ keliling Eropa untuk mencegah pengaruhnya meluas di Aceh saat berlangsungnya pemilu. Daud Beureueh sendiri adalah pendukung PPP.

Saat Abu Beuereueh menetap di Jakarta, operasi penumpasan GAM dilakukan besar-besaran. Satu demi satu orang-orang dekat Hasan Tiro tewas. Sebut saja Dr Muchtar Hasbi, seorang intelektual muda Aceh, 35 tahun, yang tewas setelah disiksa. Mayatnya dikembalikan ke keluarganya dalam keadaan tanpa pakaian. Muchtar Hasbi adalah Perdana Menteri pertama GAM.

Dr Zubir Mahmud, 29 tahun, yang dalam kabinet GAM menduduki jabatan sebagai Menteri Sosial, juga tewas ditembak tak jauh dari rumahnya pada Mei 1980. Selain itu, Teungku Haji Ilyas Leube yang menggantikan posisi Muchtar sebagai Perdana Menteri, juga tewas di ujung peluru pada Juli 1982.

Para sejarawan Aceh menyebut, Daud Beureueh sebenarnya sangat kecewa dipindahkan ke Jakarta. Selain karena ruang gerak yang selalu diawasi, ia juga sedih karena dijauhkan dengan murid-muridnya. Ia menjadi terhalang menyampaikan ajaran-ajaran Islam. Ia pun tak lagi bisa tampil sebagai imam masjid. Tapi ia sendiri tak kuasa melawan karena kesehatannya sudah menurun. Ia menetap di Jakarta bersama anak dan cucunya dengan fasilitas dari pemerintah.

Kegelisahan Teungku Daud itu dirasakan sahabat dan murid-muridnya. Beberapa orang yang penah dekat dengannya, antara lain Ali Hasjmy (saat itu sebagai Rektor IAIN Ar-Raniry setelah pensiun dari Gubernur Aceh) dan Teungku H Abdullah Ujongrimba (Ketua MUI Aceh), melobi Wakil Presiden Adam Malik agar memulangkan Daud Beureueh ke Aceh. Mereka menjamin, selama di Aceh, Daud Beureueh tak akan memberikan perlawanan kepada pemerintah, apalagi ikut mendukung GAM.

Harapan itu terkabul. Pada 1982 ulama simbol perlawanan itu kembali ke Bumi Seulanga. Malangnya, pada 1985, ia terjatuh dari tempat tidur sehingga engsel pinggulnya mengalami gangguan. Sejak itu ia tidak bisa berdiri. Tamu-tamu yang datang mengunjunginya tetap disambut secara terbuka. Legenda Aceh itu akhirnya meninggal dunia pada 10 Juni 1987.

Jasadnya dimakamkan di bawah pohon mangga di pekarangan Masjid Baitul A’la lil Mujahidin di Beureunen. Seluruh Aceh berduka. Sejak itu, tragedi demi tragedi berkali-kali singgah di bumi Serambi Mekkah. Dua tahun setelah kepergian sang tokoh, Tanah Rencong bersimbah darah dengan digelarnya Operasi Jaring Merah atau pemberlakuan Daerah Operasi Militer (DOM).
Sepeninggal Daud Beureueh, Hasan Tiro pun menjadi simbol perlawanan baru, lengkap dengan segala kontroversinya
.
Pulang Kampung
Pada 9-10 Oktober 2008 Ratusan kendaraan yang membawa ribuan warga Aceh yang datang dari berbagai kabupaten seperti Aceh Timur, Aceh Utara, Bireun, dan Pidie memadati Banda Aceh. Mereka berkumpul di Kompleks Masjid Raya Baiturrahman Kota Banda Aceh dan rela menginap di tempat-tempat terbuka seperti pelataran Masjid Raya menyambut kedatangan Wali Nanggroe yang juga proklamator Gerakan Aceh Merdeka Hasan Tiro.

Antusiasme juga terlihat dari pengurus dan simpatisan Partai Aceh, salah satu partai lokal yang didirikan mantan aktivis GAM. Ratusan kendaraan yang lalu lalang di berbagai jalan utama kota Banda Aceh ditempeli berbagai atribut Partai Aceh.
.
Pada 11 Oktober 2008 Pesawat sewaan yang mengangkut mantan pemimpin GAM Hasan Tiro (83) mendarat di Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, NAD. Kedatangan Hasan Tiro dan rombongan dari Kuala Lumpur, Malaysia, dikawal ketat oleh satuan tugas yang dibentuk Komite Peralihan Aceh
.
Saat turun dari tangga pesawat, Begitu turun dari pesawat, Hasan Tiro langsung bersujud mendapat kalungan bunga dari Wakil Gubernur NAD Muhammad Nazar. Dalam rombongan Hasan Tiro terlihat antara lain Gubernur Irwandi Yusuf dan sejumlah mantan petinggi GAM, yakni Muzakkir Manaf serta Dr Zaini Abdullah. Hasan Tiro melambaikan tangan ke arah ratusan orang yang berkumpul di Bandara
.
Dari bandara, rombongan Hasan Tiro langsung menuju Masjid Raya Banda Aceh, pusat berkumpulnya ratusan ribu warga. Namun, kondisi fisik dan usia Hasan Tiro tak memungkinkannya berbicara lama secara langsung dengan massa di hadapannya. Hasan Tiro hanya berpidato secara singkat dalam bahasa Aceh. ”Assalamualaikum, saya sudah kembali ke Aceh. Allahu Akbar,” ujarnya
.
Kemudian ia kembali ke Swedia dan akhirnya kembali menetap di Aceh pada tahun 2010. Masih banyak orang yang berharap ia kembali menjadi pemimpin sejati masyarakat. Ia lalu dipanggil “Wali Nanggroe”, penghargaan adat yang tidak pernah diberikan kepada siapapun selain Hasan Tiro sepanjang sejarah Aceh. Gelar ini diberikan secara “aklamasi” tanpa sebuah proses apapun. Hampir semua orang Aceh tahu kalau ia adalah Wali Nanggroe.
.
Sang Wali Pergi


Pada 3 Juni 2010, Hasan Tiro kembali terbaring sakit. Jantung, dan komplikasi organ dalam, memaksanya berdiam di Rumah sakit Zainoel Abidin, Banda Aceh. Tekanan darahnya 70-40. Seiring dengan dunia yang terus berputar, dan waktu menjawab banyak persoalan. Kamis, 4 Juni 2010, 26 jam setelah pemerintah Indonesia memberikan hak kewarganegaraan Indonesia kepadanya, Hasan Tiro menghembuskan nafas terkahir di Banda Aceh. Ia dimakamkan di sisi kuburan kakeknya, Teungku Chik Di Tiro, di Aceh Besar. Di sana ia mengakhiri semua petualangan dan perjuangan ideologisnya. Pada saat matahari tegak lurus dengan bumi, pada hari itu, orang-orang Aceh meratap.
.

  
Innalillahi Wa Innaillaihi Rojiun..
Kamis, 3 Juni 2010 sekitar pukul 12.12 Wib, tokoh kharismatik Aceh Tengku Muhammad Di Tiro berpulang ke pangkuan illahi di RS Zainal Abidin. Moga2 amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT. Amiiin....
Akankah Allah melahirkah tokoh Aceh yang lain sebagai penggantinya?
Adakah pemimpin aceh lainnya yang tulus memperjuangkan Hak Rakyatnya?
luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com